Tuesday 3 May 2016

Sejarah Masuknya Kristen di Indonesia

Sejarah Masuknya Kristen di Indonesia

Setelah beberapa bulan atau bahkan tahun saya vakum dari dunia blog. Saya “terpanggil” kembali untuk men-share informasi atau sejarah sebagai tambahan pemahaman untuk readers. Baiklah, kali ini saya akan membahas seputar masuknya kristen di Indonesia. (Jangan Lupa Like yah).

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut Perjanjian baru. Agama ini bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh agama ini. Secara garis besar, perkembangan Agama Kristen dimulai sebelum masuknya kolonialisme di Indonesia. Baiklah, kita masuk pada tahap awal.

Sejarah masuknya agama Kristen ke Indonesia kiranya tidak dapat dilepaskan dari sejarah perbenturan antara dunia Islam dan dunia Barat sejak abad pertengahan. Selanjutnya, dengan kemajuan bidang militer dan kemaritiman bangsa-bangsa Barat, sejarah pelayaran dan kolonisasi akhirnya dimulai. Beberapa peristiwa penting yang lekat dalam ingatan yang melatar-belakangi hal ini antara lain:
1.     Konsili Clermont tahun 1095 M dimana Paus Urbanus II mendeklarasikan Perang Salib melawan dunia Islam;
2.     Konstantinopel, pusat imperium Bizantium, direbut Sultan Muhammad II tahun 1453 M;
3.     Bulla Paus berjudul Romanus Pontifex tertanggal 8 Januari 1455 M yang berisi pernyataan menghadiahkan Afrika untuk dikristenkan oleh Portugis;
4.     Kota Granada lepas dari kekuasaan Islam tahun 1492 M;
5.     Bulla Paus berjudul Inter Caetera Divinae tahun 1493 M membagi dunia menjadi dua bagian, masing-masing untuk Portugis dan Spanyol;
6.     Perjanjian Tordesillas tanggal 7 Juni 1494 M, menguatkan Bulla Paus tahun 1493 M, memberi hak istimewa kepada dua bangsa tersebut untuk melakukan conquistadores (penaklukan).
Menurut Ismatu Ropi ada 3 (tiga) fase masuknya Kristen ke Indonesia yang kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari sejarah kemaritiman di tanah air dan dunia pada umumnya.
Pertama, melalui kiprah Gereja Timur Nestorian yang ditengarai sempat muncul di Sibolga Sumatera Utara sekitar abad ke-16.
Kedua, masuknya Katholik Roma melalui jasa ordo Jesuit di bawah payung organisasi Society of Jesus dan ordo Dominikan yang turut hadir bersama armada Portugis.
Ketiga, Kristen Protestan yang muncul bersamaan dengan armada pelayaran Belanda.
Kemudian, pada abad ke 16 dan 17 bangsa eropa utamanya yang masih berupa kerajaan (Spanyol, portugis, belanda) melakukan kegiatan invasi berupa pelayaran. Contohnya, yaitu Colombus, Magelhaens, Vasco da gama, dan lain- lain. Dalam setiap invasinya mereka memiliki tiga misi penting. Biasanya disebut dengan 3G, yaitu Gold, Gospel, dan glory. Gold tujuannya yaitu untuk mencari kekayaan misalnya rempah-rempah. Glory tujuannya yaitu untuk mencari kejayaan bangsa dan kerajaannya. Gospel tujuannya yaitu untuk menyebarkan agama, utamanya agama kristen dan katholik
Selain itu, pada abad ke 16 dan 17 Indonesia juga merupakan lalu lintas pelayaran yang ramai karena letaknya yang strategis (diantara 2 benua dan 2 samudra). Pelayar- pelayar dari eropa banyak yang masuk ke Indonesia yang Pada akhirnya menjadi penjajah di indonesia
Portugis pertama kali singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya menaklukkan kerajaan Goa di India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir satu dekade setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun 1511 M Malaka sudah dapat dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de Albuquerqe (1459-1515 M). Dua tahun kemudian, Pati Unus putra Raden Patah memimpin armada menyerang kekuasaan Portugis di Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan. Berikutnya Portugis bergerak untuk menguasai daerah rempah-rempah yang berpusat di Maluku (berasal dari istilah bahasa Arab: Jazirat al-Mulk, yakni kepulauan raja-raja). Di daerah ini khususnya Ambon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M, tercatat ada sekitar 10.000 orang yang memeluk Katholik dan bertambah menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M. Sementara ordo Dominikan mampu mengkristenkan sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor.
Portugis pertama kali singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya menaklukkan kerajaan Goa di India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir satu dekade setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun 1511 M Malaka sudah dapat dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de Albuquerqe (1459-1515 M). Dua tahun kemudian, Pati Unus putra Raden Patah memimpin armada menyerang kekuasaan Portugis di Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan. Berikutnya Portugis bergerak untuk menguasai daerah rempah-rempah yang berpusat di Maluku (berasal dari istilah bahasa Arab: Jazirat al-Mulk, yakni kepulauan raja-raja). Di daerah ini khususnya Ambon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M, tercatat ada sekitar 10.000 orang yang memeluk Katholik dan bertambah menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M. Sementara ordo Dominikan mampu mengkristenkan sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor. 
Sementara kerajaan Belanda yang karena situasi politik dan perekonomian negaranya terdorong untuk melakukan pelayaran sendiri mencari sumber rempah-rempah di dunia Timur. Tercatat bahwa Belanda muncul pertama kali di Banten sekitar tahun 1596 M. Selanjutnya, tahun 1602 M kongsi dagang VOC mereka dirikan. Kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia (mereka menyebutnya Hindia Belanda) bertahan sampai akhirnya bangsa Jepang memaksanya menyerah pada tahun 1942 M. Demi stabilitas dan kelanggengan kekuasaannya, pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam politiknya dikenal berupaya untuk berlaku netral atau menjaga jarak yang sama dengan agama-agama yang ada. Tetapi, kesan bahwa Pemerintah Hindia Belanda pun mengemban misi kristenisasi (zending) memang tak sepenuhnya dapat dieliminasi dari wacana umum karena dalam sejarahnya ada fakta-fakta yang menunjukkan korelasi di antara keduanya. Misalnya, apa yang ditulis oleh O. Hashem tentang sambutan Alexander W.F. Idenburg yang kelak diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Idenburg sempat mengemukakan bahwa satu-satunya jalan untuk melanjutkan penjajahan adalah pengkristenan. 

Jadi, kedua bangsa inilah yang memperkenalkan agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan di Indonesia (Baca juga : Masuknya Agama Katolik & Protestan ). Pada dasarnya kedua agama tersebut sama, karena keduanya memiliki kitab suci yang disebut Al-kitab yang terdiri dari perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Injil. Akan tetapi keduanya mempunyai sejarah yang agak berbeda.

Masuknya Agama Katolik & Protestan di Indonesia

Masuknya Agama Katolik & Protestan di Indonesia

Masuknya Agama Kristen Katolik
Agama Kristen Katolik disebarkan pertama kali di Indonesia oleh imam-imam Katolik. Agama ini diperkenalkan kepada penduduk asli dengan cara damai dengan penuh cinta kasih. Seorang imam yang terkenal pada waktu itu adalah Fransiscus Xaverius, yang telah banyak memberikan waktu dan tenaganya bagi pekerjaan misi di Indonesia.

Misi Katolik ini bekerja tidak hanya di Maluku, tetapi juga di Flores, Timor Timur, Kepulauan Kei, Pulau Jawa, yaitu di sekitar Muntilan, Malang, dan Jakarta, serta pulau-pulau lain di Indonesia.

Selain mengajarkan agam, misi Katolik juga membangun sekolah-sekolah dan rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Karya misi Katolik ini tidak hanya terbatas pada orang yang beragama Katolik saja, tetapi bagi semua orang, apapun agama atau kepercayaannya.

Pusat agama Katolik di seluruh dunia terletak di Vatican, suatu wilayah di negara Roma, Italia. Pimpinannya disebut Paus. Pimpinan gereja Katolik di Indonesia disebut Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI). MAWI sering melakukan pendekatan antara kelompok-kelompok agama Kristen Katolik dengan kelompok agama lain yang ada di Indonesia.

Masuknya Agama Kristen Protestan
Bangsa Belanda memperkenalkan agama Kristen Protestan untuk pertama kali di Indonesia. Mula-mula penyebaran itu di arahkan kepada orang yang berada di sekitar tempat perdagangan (baca juga: http://bisnisfirstchoice.blogspot.co.id) rempah-rempah, umumnya di Maluku dan kemudian meluas ke segala pelosok di tanah air.

Pendeta-pendeta Protestan yang datang yang datang dari Negeri Belanda pada umumnya bekerja untuk bangsa Belanda, tetapi kemudian mereka juga mengajarkannya kepada penduduk asli. Dalam penyiaran ini pemerintah penjajahan sangat membatasi pekerjaan pengabaran agama kepada penduduk asli, karena takut mengganggu perdagangan yang mereka laksanakan. Namun, penyebaran agama tidak dapat dan tidak boleh disamakan dengan kepentingan dagang. Oleh karena itu, meskipun terdapat hambatan dari pemerintah penjajah, agama Kristen Protestan berkembang terus.

Selain dari bangsa Belanda pendeta dari Jerman, Amerika dan Swiss juga bekerja di Indonesia. Pada umumnya mereka bekerja di pelabuhan, seperti Kalimantan, tanah Batak dan Irian Jaya. Karena para pendeta tidak datang hanya dari satu wilayah, umat Kristen Protestan itu terdiri dari berbagai gereja.

Nama gereja-gereja itu disesuaikan dengan nama wilayah tempat gereja-gereja itu semula didirikan. Misalnya Gereja Jawa, Gereja Protestan Maluku, Gereja Kalimantan, Huria Kristen Batak Protestan, dan Gereja Kristen Sulawesi Selatan.

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, kesadaran sebagai satu bangsa ini tampak juga didalam kehidupan gereja. Sejak itu diadakan pendekatan-pendekatan untuk mempersatukan gereja-gereja ini. Pada tahun 1950 didirikanlah Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI). DGI inilah yang menjadi wakil umat Kristen Protestan di Indonesia.

Meskipun agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan diperkenalkan oleh bangsa Eropa, agama itu bukan milik bangsa Eropa. Pemeluk agama-agama itu adalah juga bangsa Indonesia. Sebagai satu keluarga besar bangsa Indonesia, pemeluk agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan sama dengan pemeluk agama lainnya.

(Jangan Lupa Like yah).